Pages

Senin, 29 April 2024

PAI X BAB 8 Menghindari Akhlak Madzmumah dan Membiasakan Akhlak Mahmudah Agar Hidup Nyaman dan Berkah

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, peserta didik mampu :
1. Menganalisis manfaat menghindari sikap temperamental (ghadhab), menumbuhkan sikap kontrol diri dan berani dalam kehidupan sehari hari pengertian, dalil, macam dan manfaatnya. 

2. Menyajikan paparan tentang menghindari perilaku temperamental (ghadhab), menumbuhkan sikap kontrol diri dan berani;

3. Meyakini bahwa sikap temperamental (ghadhab) merupakan larangan dan sikap kontrol diri dan berani adalah perintah agama;

4. Menghindari sikap temperamental (ghadhab) dan membiasakan sikap kontrol diri dan berani dalam kehidupan sehari-hari.

=====================================================

=====================================================

C. Ayo Tadarus
Sebelum memulai pelajaran, marilah kita tadarus Al-Qur`an terlebih
dahulu.

1. Bacalah Q.S. Ali Imran/3: 133-134 berikut ini secara bersama-sama
dengan tartil!
2. Perhatikan makkraj dan hukum bacaannya! 


Artinya :

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. 

(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.

=====================================================

D. Kisah Inspirasi

Bacalah dengan cermat dan teliti kisah inspiratif berikut ini! Lalu simpulkan dan tuliskan di buku kalian, hikmah apakah yang bisa kita petik dari kisah tersebut! Kaitkanlah hikmah dari kisah tersebut dengan pengalaman hidup yang kalian alami!


KISAH PAKU DAN SEBATANG BALOK KAYU

Alkisah, tersebutlah seorang murid yang memiliki sifat temperamental, mudah marah dan kesulitan mengendalikan dirinya. Dia selalu mengalami kesulitan untuk mengontrol emosinya, bahkan selalu mudah marah dan berkata kasar hanya untuk kesalahan-kesalahan kecil orang lain yang membuatnya tersinggung. Hingga pada suatu hari ia dipanggil oleh gurunya. Sang guru merasa berkewajiban untuk menasehati dan menjadikan murid ini lebih baik akhlaknya, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. 

Oleh sang guru, ia diminta untuk menyiapkan sebatang balok kayu, palu dan paku. Dan dengan pendekatan serta sentuhan hati yang tulus, guru itu pun meminta kepadanya, agar setiap kali ia marah, ia harus menancapkan satu buah paku ke balok kayu dengan menggunakan palu yang sudah disiapkan.
Berapa kali pun marah, ia harus melakukan hal tersebut dengan paku-paku  yang baru. Ia pun menerima nasihat dari gurunya dan bersedia melakukannya.

Keesokan harinya, ia kembali dipanggil oleh sang guru di sekolah, dan ditanya, “dari kemarin sampai pagi ini sudah berapa buah paku yang engkau tancapkan di atas balok kayu itu?” Ia menjawab, “dua puluh, guru” jawabnya sambil menunduk malu. Dalam hati ia menyadari, ternyata hampir setiap satu jam ia marah kepada orang lain. Sang guru pun tidak berkomentar apa-apa, dan memintanya untuk kembali lagi minggu depan serta berpesan untuk terus melanjutkan kegiatan itu.
 

Satu minggu berlalu dan saatnya sang guru memanggilnya kembali. Dengan wajah berseri-seri, ia menghadap kepada gurunya dan berkata “terima kasih guru, karena nasihat yang guru berikan, yang tadinya satu hari saya menancapkan 20 buah paku, pelan-pelan mulai berkurang, dan dari kemarin hingga pagi ini saya sama sekali tidak menancapkan paku lagi”. Dan sang guru pun menjawab “bagus sekali nak. Kalau begitu, tugasmu selanjutnya adalah, setiap kali engkau berhasil menahan amarahmu, maka cabutlah satu paku yang engkau tancapkan sebelumnya. Setiap hari seperti itu, nanti engkau boleh
kembali lagi setelah engkau berhasil mencabut semua paku di balok kayu itu”.
 

Hari demi hari berlalu, berganti minggu dan beberapa bulan kemudian murid itu pun kembali menghadap gurunya dengan wajah yang berseri-seri tetapi penuh dengan rasa penasaran. “Guru, saya telah mencabut semua paku seperti yang guru nasihatkan, setiap kali saya bisa mengendalikan amarah saya, dan saat ini semua paku sudah berhasil saya cabut” lapornya.  “Luar biasa sekali anakku. Tentu tidak mudah bagimu untuk melakukan apa yang aku sarankan. Dan sekarang, bolehkan aku bertamu ke rumahmu dan melihat paku-paku dan balok kayu itu?” Ia menjawab dengan cukup penasaran “baiklah guru, tapi kalau boleh tahu, untuk apa guru melihat paku-paku dan balok kayu itu?” “Nanti kamu juga akan tahu” jawab sang guru.
 

Kemudian guru dan murid itu pun beriringan menuju ke rumah sang murid dan kemudian melihat balok kayu yang sudah bersih dari tancapan paku, tetapi balok kayu itu terlihat buruk karena bekas-bekas lubang paku yang dicabut. Lalu sang guru berkata “anakku, engkau sudah melakukan hal yang luar biasa dengan menahan amarahmu. Tapi engkau juga harus tahu, bahwa ada akibat yang engkau timbulkan dari amarahmu selama ini. Ketika engkau marah dan meluapkan emosimu dengan mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati orang lain, maka hal itu seperti kiasan paku yang menancap di balok kayu ini. Tidak ada bedanya kemarahan yang disengaja, maupun kemarahan yang spontan, semuanya sama-sama berakibat buruk bagi orang lain” kata sang guru dengan penuh bijaksana.
 

“Anakku, tidak cukup bagimu hanya menyesali, meminta maaf dan memohon ampunan kepada Allah Swt. atas apa yang pernah engkau perbuat. Permintaan maafmu kepada orang yang pernah engkau sakiti, ibarat engkau mencabut paku-paku itu dari balok kayu. Pakunya bisa dicabut, tetapi bekas lubang pakunya tidak bisa hilang. Demikian juga dengan sakit hati, barangkali orang lain bisa memaafkan, tetapi belum tentu ia bisa melupakan apa yang pernah kita lakukan kepadanya. Oleh karena itu, janganlah engkau meremehkan kata-kata buruk, emosi dan kemarahanmu kepada orang lain,
karena luka yang disebabkan oleh kata-kata, sama sakitnya dengan luka fisik yang kita alami” pungkas sang guru. Murid itu pun menunduk dan menyadari sifat temperamental yang ia miliki selama ini, ternyata berdampak buruk bagi orang lain dan merugikan dirinya sendiri, dan ia pun berjanji untuk menjadi orang yang lebih baik dengan mengendalikan amarah dan emosinya dalam kehidupan berikutnya. (Dinarasikan kembali dari rumahinspirasi.com)


13 komentar:

  1. Assalamualaikum

    BalasHapus
  2. Hikmah yang saya dapat dari cerita tersebut adalah penting nya menjaga emosi dan amarah supaya orang lain tidak terganggu dan jangan sering membuat orng lain sakit hati

    BalasHapus
  3. Nama:Juarni
    Kelas:10 IPS

    Dari kisah tersebut hikmah yang dapat di petik adalah kita harus bisa mengontrol diri kita dengan baik,jangan sampai meluapkan amarah setiap saat,karena itu bisa menyebapkan orang sakit hati karena ucapan kita,jika kita sedang marah,sebaiknya kita memilih untuk diam dan menenangkan diri sampai amarah kita reda.jangan mudah marah hanya gara² masalah kecil,terus interopaksi diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi

    BalasHapus
  4. Nama: Jakira
    Kls:
    Tanggapan saya tentang kisah tersebut kita dapat melihat bagaimana sikap seorang anak yg tidak pernah belajar untuk selalu sabar dlm hal apapun tapi
    Pada akhirnya ia tersadar apa yg dia lakukan itu tidak lah bagus dan berdampak pada org lain maka dari itu kita sesama manusia harus saling menghargai menghormati.jaga lah mulut mu mulut mu adalah harimaumu 😄

    BalasHapus
  5. Nama:Yesi nur Rahmadhani
    Kelas:x

    Dari kisah tersebut hikmah yang saya dapatkan adalah"saya mengambil kesimpulan
    Bahwa emosi tidak hanya melukai diri sendiri,emosi juga bisa melukai orang lain.
    Maka dari itulah pentingnya kesabaran dalam berbagai hal di kehidupan.
    Karena orang yang bisa menahan emosi dan bisa memaafkan adalah orang yang mulia.dan Allah mencintai orang orang yang menjaga amarah nya seperti yang disebutkan dalam Q.S Ali Imran /3:133-134.


    BalasHapus
  6. Nama :Ropi pramida
    Kelas :X Ips

    Dari kisah tersebut hikmah yang saya dapatkan adalah jangan mudah marah hanya gara -gara masalah sepele .terus intropeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik .kita harus bisa mengontrol amarah kita dangan baik ,jika kita sedang ingin merasa marah kepada orang lain karena perbuatannya lebih baik kita memilih untuk diam dan menenangkan diri sampai amarah kita mereda ,jangan sampai meluapakan amarah setiap saat ,karena itu bisa menyebabkan orang sakit hati karena ucapan kita .kita harus berhati -hati dan menjaga perkataan ,karena perkataan -perkataan buruk ,emosi,dan amarah kita kepada orang lain bisa berdampak buruk.luka hati yang disebabkan kata-kata sama sakitnya dengan luka fisik yang sama-sama butuh waktu untuk sembuh

    BalasHapus
  7. Lexi aleksa
    Kls:x ips
    Sebaik ya menjaga emosi

    BalasHapus
  8. Nama Rahmat Afdal
    NAMA RAHMAT AFDAL KELAS X .dari kisah tersebut hikmah yang saya dapat adalah kita harus bisa menahan amarah dan emosi kita,maka dari itu kita harus,sabar dan rendah hati maka dari itu kita harus bisa menahan amarah kita kalau kita tidak bisa menahan emosi maka dari itu kita bisa melukai hati seorang

    BalasHapus
  9. Assalamualaikum pak
    Nama' Yeyen variska
    Kelas:10 IPS

    Dari kejadian itu jangan lah berbicara kasar atau pun berprilaku t
    tidak sopan terhadap sesama manusia karena itu bersifat la lemah lembut dn tidak
    Bicara kasar karena duri yng tertancap bekas nya menjadi sakit luar biasa

    BalasHapus
  10. Nama : Husna Al fahima
    Kelas: X IPS

    Dari kisah tersebut hikmah yang saya dapatkan adalah kita harus bisa mengontrol diri kita dengan baikk, kita harus sabar dan jangan mudah emosi ,jangan mudah marah hanya masalah kecil dan sepelee,kita harus menghilangkan sifat temperamental,dan jangan pernah menyakiti orang lain, jika kamu melakukan sifat buruk kepada orang lain, kita harus minta maaf kepada orang yang pernah kita sakiti , dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

    BalasHapus
  11. Eko Hariyanto Wibowo15 Mei 2024 pukul 04.07

    Terimakasih atas tanggapan dan komentarnya ..
    Semoga Allah istiqomahkan kita semua dalam kebaikan. Aamiin ..

    BalasHapus